Translate

KLASIFIKASI MESIN





MESIN DI KLASIFIKASIKAN MENJADI 2 JENIS, YAITU :
1. INTERNAL COMBUSTION ENGINE
2. EKSTERNAL COMBUSTION ENGINE

URAIAN 
1. INTERNAL COMBUSTION ENGINE
       Sebuah mesin yang proses pembakaran bahan bakarnya terjadi didalam mesin itu sendiri
       contoh :     a. Mesin Sepeda Motor
                         b. Mesin Mobil
                         c. Mesin Turbin Gas


       bila kita mengurai lebih jauh lagi tentang Internal Combustion Engine, maka contoh dari
       mesin tersebut dapat diuraikan pada hal sebagai berikut :
       a. Mesin Sepeda Motor
          1. Mesin 2 Tak
          2. Mesin 4 Tak
















     b. Mesin Mobil
         1. Mesin Bensin
             - Mesin dengan Sistem Pengapian Konvensional 
             - Mesin dengan Sistem Pengapian Elektronik
         2. Mesin Diesel
            - Mesin Diesel Direct Injection
            - Mesin Diesel Indirect injection 



    











c. Mesin Turbin Gas
        1. Mesin Pesawat Helicopter
            - Jenis Bolcow
            - Jenis Puma

        2. Mesin Pesawat Jet   

           - Mesin Boeing
           - Mesin Soekhoi











2. EKSTERNAL COMBUSTION ENGINE
       Sebuah mesin yang proses pembakaran bahan bakarnya terjadi di luar mesin
       contoh : a. Mesin Ketel Uap



















KOMPONEN UTAMA MESIN MOBIL

SECARA GARIS BESAR, SEBUAH MOBIL DI BAGI MENJADI 3 BESAR KOMPONEN UTAMA + BODY, YAITU :

1. KELISTRIKAN

    Terdiri dari :
   1. Sistem Baterai
   2. Sistem Starter
   3. Sistem Pengisian
   4. Sistem Pengapian
   5. Sistem Penerangan
   6. Sistem Pembersih Udara
   7. Sistem Pembersih Kaca
   8. Sistem Audio Video


2. CHASIS
    Terdiri dari :
    1. Sistem Rangka
    2. Sistem Rem
    3. Sistem Suspensi
    4. Sistem Kemudi
    5. Sistem Kopling
    6. Sistem Transmisi
    7. Sistem Diferensial
    8. Poros Penggerak Roda


3. MOTOR
    Terdiri dari :
     1. Mekanisme Katup
     2. Piston dan kelengkapannya
     3. Kepala Silinder
     4. Blok Silinder
     5. Sistem Pelumasan
     6. Sistem Pembakaran
     7. Sistem Pendinginan

SISTEM PENDINGINAN

SISTEM PEMBAKARAN

SISTEM PELUMASAN

BLOK SILINDER

KEPALA SILINDER

PISTON DAN KELENGKAPANNYA

MEKANISME KATUP

POROS PENGGERAK, RODA DAN BAN

SISTEM DIFERENSIAL GEAR

SISTEM TRANSMISI

PENEMU TRANSMISI : LOUIS-RENE PANHARD dan EMILE LEVASSOR

Fungsi : Untuk memutus dan menghubungkan putaran mesin sehingga kendaraan dapat berhenti, meskipun mesin tetap dalam keadaan hidup

SISTEM TRANSMISI DI BEDAKAN MENJADI 2 JENIS YAITU :
1. SISTEM TRANSMISI MANUAL
    1. Slidingmesh Type
    2. Constantemesh Type
    3. Syncromesh Type
    
2. SISTEM TRANSMISI OTOMATIS
    1. Manumatic Type
    2. Semi Automatic type
    3. Elelctro Hidraulic Type
    4. Dual Clutch Type

URAIAN
1. TRANSMISI MANUAL
 
Transmisi Manual terdiri dari empat komponen utama, yaitu :
1. Input Shaft
2. Output Shaft
3. Counter Gear
4. Reverse Gear











Sistem Transmisi Manual dikenal juga sebagai transmisi "Gearbox" yang terdiri dari :
1, Transmisi Sekuensial
2, Transmisi Non Sekuensial
3. Transmisi tanpa Sinkronisasi
4. Transmisi dengan Sinkronisasi
4. Transmisi Pre Selektor

JENIS-JENIS TRANSMISI MANUAL
1. SLIDINGMESH TYPE
Jenis ini merupakan dasar pertama kali ditemukannya transmisi, dengan konstruksi yang sangat sederhana. Transmisi jenis ini sudah tidak lagi dikembangkan, walaupun demikian jenis ini masih sering digunakan dan terbatas hanya untuk gear percepatan dan mundur






2. CONTSTANTMESH TYPE
Jenis ini merupakan pengembangan dari jenis slidingmesh type, dimana bentu gear tidak lagi lurus melainkan helical, walaupun demikian saat perpindahan gera masih terjadi kesukaran
Dinamakan constantmesh type karena counter gear selalu berkaitan atau berhubungan dengan gear pada main shaft. sedangkan gear pada main shaft dihubungkan dengan perantara bearing sehingga gear dan main shaft dapat berputar bebas.


 
3. SYNCROMESH TYPE

Transmisi jenis ini mempunyai konstruksi seperti jenis constantmesh. pada jenis ini untuk memindahkan putaran dari main gear ke main shaft digunakan syncromesh, sehingga perpindahan putaran dapat dilakukan dengan mudah pada berbagai kecepatan.







JENIS-JENIS TRANSMISI AUTOMATIC
    1. MANUMATIC TYPE

Transmisi Manumatic berasal dari kata "Manual" dan "Automatic"
Pada transmisi ini pengemudi cukup memilih tanda (+) untuk menaikan rasio perpindahan gigi dan tanda (-) untuk menurunkan rasio perpindahan gigi.
Perpindahan gigi terjadi secara sekuensial











2, SEMI AUTOMATIC TYPE

Pada Transmisi ini menggunakan Sensor Elektrik, Sistem Pneumatik dan Prosesor, serta Actuator untuk mengeksekusi perintah pengemudi saat memindahkan rasio perpindahan gigi transmisi











3. ELEKTRO HIDRAULIC TYPE

Transmisi ini merupakan transmisi buatan Jepang yang dikenal dengan "HondaMatic"
Pada transmisi ini terdapat komponen Pompa Hidraulic, Hidraulic Motor Piston dan jugaPompa Swash Plate yang bekerja menyerupai cara kerja sistem AC jenis Swash Plate







4. DUAL CLUTCH TYPE

Pada transmisi ini terdapat dua buah kopling yang saling terhubung dalam satu poros Infut Shaft.












MEKANISME PEMINDAH GIGI

1. JENIS PENGONTROL REMOTE
    1. COLUMN SHIFT TYPE
Pada jenis ini tuas pemindah terpisah dengan transmisi, tuas pemindah berada di batang kemudi
















2. FLOOR SHIFT TYPE
Pada jenis ini posisi tuas pemindah berada tepat di lantai bagian bawah dari kemudi















 2. JENIS PENGONTROL LANGSUNG


Pada jenis ini tuas pemindah gear transmisi berada langsung pada transmisi sehingga proses pemindahan gear transmisi dapat dikontrol dengan baik







KERUSAKAN-KERUSAKAN TRANSMISI
1. GEAR SUKAR DI PINDAHKAN
2. SAMBUNGAN GEAR RUSAK
3. TERDENGAR BUNYI-BUNYI

SISTEM KOPLING

FUNGSI
Untuk memutus dan menghubungkan putaran mesin ke transmisi

KOPLING DIBEDAKAN DALAM BEBERAPA JENIS, YAITU :
1. KOPLING MANUAL


KOMPONEN UTAMA KOPLING
1. RODA GILA
2. PLAT KOPLING
3. PLAT PENEKAN
4. PEGAS DIAFRAGHMA
5. TUTUP KOPLING
6. BANTALAN PEMBEBAS
7. GARPU PEMBEBAS





 FUNGSI KOMPONEN UTAMA KOPLING
1. FLY WHELL (RODA GILA)
    Tempat kedudukan sistem kopling
2. DISC CLUTCH (PLAT KOPLING)
    Media penghantar putaran dari mesin ke transmisi
3. PRESSURE PLATE (PLAT PENEKAN)
    Untuk menekan clutch disc
4. DIAFRGHMA SPRING (PEGAS DIAFRAGHMA)
    Untuk memberikan tekanan pada pressure plate
5. CLUTCH COVER (TUTUP KOPLING)
    Untuk menjepit clutch disc terhadap fly wheel
6. RELEASE BEARING (BANTALAN PEMBEBAS)
    Untuk meneruskan gaya tekan dari release fork
7. RELEASE FORK (GARPU PEMBEBAS)
    Untuk menekan release bearing sehingga menyentuh diafraghma spring

JENIS-JENIS KOPLING
1. KOPLING MANUAL
    TERDIRI DARI :
a. KOPLING SINGLE PLATE



     








b. KOPLING DOUBLE PLATE 



 









2. KOPLING AUTOMATIS

Torque Converter di digunakan pada kopling otomatis sebagai pengganti kopling manual





  






SISTEM PENGGERAK KOPLING
1. SISTEM PENGGERAK MEKANIS



Pada sistem ini tenaga yang digasilkan dorongan pedal yang menggerakkan Release Fork diteruskan langsung oleh kabel pembebas. 
Mekanisme penggerak in sekarang kurang banyak digunakan, karena memiliki kekurangan yaitu, untuk kendaraan besar seperti truk yang memerlukan kekuatan besar kurang kuat, dan penekanannnya lambat


 





2. SISTEM PENGGERAK HIDROLIK

Sistem pengggerak ini menggerakkkan Release Fork melalui mekanisme penekanan minyak rem secara Hidrolis. Sistem ini sangat efisien dan cepat dalam pemindahan tenaga dari injakan pedal ke Release Fork




 

CARA KERJA
Bila pedal kopling di pijak, minyak yang terdapat dalam silinder utama akan terdesak keluar melalui pipa, selanjutnya mendesak torak di dalam silinder slave silinder kemudian menggerakkan release fork








FUNGSI RELEASE CYLINDER 
Menggerakkan piston dengan tekanan hidrolik dari  silinder utama dan mengoperasikan release fork melaui tongkat pendorong










 PERAWATAN DAN PERBAIKAN SISTEM KOPLING
1. BUKALAH KOPLING DAN RUMAH KOPLING













2. LAKUKAN PENGUKURAN PADA FLY WHEEL MENGGUNAKAN DIAL INDIKATOR



KEOLENGAN MAKSIMUM = 0,1 mm









3. PERIKSALAH KEDALAMAN PAKU KELING PADA CLUTCH DISC DENGAN SIGMAT


KEDALAMAN PAKU KELING MINIMUM = 0,3 mm









4. PERIKSALAH PEGAS DIAFRAGHMA DARI KEAUSAN



LIMIT KEDALAMAN = 0,6 mm
LEBAR = 5,0 mm








 5. PERIKSA CELAH PRESSURE PLATE

 CELAH STANDART = 0,5 mm









6. PERIKSA KONDISI RELEASE BEARING DARI KEOLENGAN













TROUBLE SHOOTING
1. KOPLING SLIP
    - Permukaan plat kopling aus atau terbakar
    - Permukaan plat kopling terkontaminasi oleh minyak pelumas

2. KOPLING GADUH
    - Tidak terdapat pelumas pada sambungan dari sistem penggerak kopling
    - Bantalan mekanisme pelepas kopling sudah aus atau rusak

3. KOPLING MENGGESEK
    - Jarak antara kopling dengan lantai terlalu rendah
    - Permukaan plat kopling rusak

SISTEM KEMUDI

FUNGSI
Untuk mengendalikan arah gerak kendaraan 
  
SISTEM KEMUDI DIBEDAKAN MENJADI 2 JENIS,
YAITU :
1. SISTEM KEMUDI MANUAL
2. SISTEM KEMUDI OTOMATIS (KEMUDI DAYA)

URAIAN
1. SISTEM KEMUDI MANUAL




KOMPONEN UTAMA SISTEM KEMUDI
1. STEERING WHEEL
2. STEERING COLUMN
3. STEERING GEAR
4. STEERING LINGKAGE






FUNGSI KOMPONEN UTAMA SISTEM KEMUDI
1. STEERING WHEEL
    Mengendalikan arah roda depan melalui lengan penghubung
2. STEERING COLUMN
    Untuk meneruskan arah putaran dari kemudi ke steering gear
3. STEERING GEAR
    Untuk memungkinkan roda depan dapat diarahkan sesuai dengan arah putaran kemudi yang diinginkan
4. STEERING LINGKAGE
    Sebagai penghubung untuk memindahkan tenaga putar dari steering wheel ke roda depan.

Pada dasarnya Steering Gear dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu :
a. Jenis Worm and Sector Roller
b. Jenis Worm and Sector
c. Jenis Screw Pin
d. Jenis Screw and Nut
e. Jenis Recirculating Ball
KOMPONEN UTAMA SISTEM KEMUDI JENIS RECIRCULATING BALL
1. RODA KEMUDI
2. POROS UTAMA KEMUDI
3. BATANG KEMUDI
4. BAK RODA GIGI KEMUDI
5. LENGAN PITMAN
6. BATANG PENGHUBUNG
7. TIE ROD
8. LENGAN IDLER
9. LENGAN NAKEL
10. BALL JOINT SUSPENSI
11. BANTALAN ATAS




FUNGSI KOMPONEN UTAMA SISTEM KEMUDI JENIS RECIRCULATING BALL
1.   RODA KEMUDI
      Mengendalikan arah roda depan melalui lengan penghubung
2.   POROS UTAMA KEMUDI
      Mengirim gaya putar roda kemudi ke bak roda gigi kemudi
3.   BATANG KEMUDI
      Tempat Poros Utama
4.   BAK RODA GIGI KEMUDI
      Merubah gerak putar kemudi ke gerakkan maju mundur lengan penghubung
5.   LENGAN PITMAN
      digerakkan maju mundur oleh bak roda gigi kemudi dan dihubungkan dengan batang penghubung
6.   BATANG PENGHUBUNG
      Menghubungkan Tie Rod di sebelah kanan dan kiri
7.   TIE ROD
      Menghubungkan lengan nakel dan batang penghubung
8.   LENGAN IDLER
      Menunjang batang penghubung dan tie rod
9.   LENGAN NAKEL
      Mengendalikan roda depan sesuai dengan gerakkan lengan penghubung
10. BALL JOINT SUSPENSI
      Tempat berputarnya roda-roda depan
11. BANTALAN ATAS
      Tempat dudukan peredam kejut

f. Jenis Rack and Pinion
KOMPONEN UTAMA SISTEM KEMUDI JENIS RACK AND PINION
1. RODA KEMUDI
2. POROS UTAMA KEMUDI
3. BATANG KEMUDI
4. POROS INTERMEDIATE
5. RACK AND PINION
6. TIE ROD
7. SEPATU RACK
8. LENGAN NAKEL





KOMPONEN UTAMA RACK
1. BALL JOINT
2. TIE ROD
3. RACK
4. PINION
5. BOAT 






FUNGSI KOMPONEN UTAMA SISTEM KEMUDI
JENIS RACK AND PINION
1. RODA KEMUDI
    Mengendalikan arah roda depan melalui lengan penghubung
2. POROS UTAMA KEMUDI
    Mengirim gaya putar roda kemudi ke bak roda gigi kemudi
3. BATANG KEMUDI
    Merupakan tempat poros utama
4. POROS INTERMEDIATE
    Menghubungkan poros utama dan poros pinion
5. RACK AND PINION
    Menambah gaya yang dikirim dari roda kemudi dan gerakkan putar dirubah menadi gerak translasi
6. TIE ROD
    Menghubungkan lengan nakel dan batang penghubung
7. SEPATU RACK
    Mencegah masuknya lumpur dan debu kedalam mekanisme rack
8. LENGAN NAKEL
    Mengendalikan roda-roda depan sesuai dengan gerakkan lengan penghubung


PERAWATAN DAN PERBAIKAN

SISTEM SUSPENSI

FUNGSI
Untuk meredam kejutan yang disebabkan oleh permukaan jalan yang tidak rata

PADA UMUMNYA SUSPENSI TERSUSUN DARI DUA BAGIAN UTAMA, YAITU :
1. PEGAS
    Pegas secara langsung menahan kejutan yang terjadi. Pegas mempunyai sisfat elastis untuk menahan kejut,

JENIS-JENIS PEGAS DIBAGI TIGA, YAITU :
1. PEGAS DAUN (LEAF SPRING)
    Pegas ini terdiri atas lapisan plat baja yang diikat atau disusun menjadi satu. Susunan dimulai dari pegas yang pendek yang terletak dibagian bawah dan disatukan denganjalan di keling atau dibaut bagian tengahnya. Bagian pegas yang panjang dibulatkan membuat mata pegas  untuk pemasangan pegas pada rangka.
















2. PEGAS COIL (COIL SPRING)
    Pegas ini mempunyai tahanan atau redaman kejutan yang lebih baik dibandingkan dengan pegas daun yang tidak terjadi gesekan anatau pegas yang menyebabkan getaran pada body.













3. PEGAS BATANG TORSI (TORSION BAR SPRING)
    Pegas ini umumnya digunakan oleh  mobil-mobil kecil pada suspensi depan. Pegas ini tebuat dari baja elastis  yang mampu menahan puntiran yang terjadi. Bila salah satu ujung pegas diikat dengan keras dan ujung lain dipasang pada arm maka saat arm bergerak naik turun, batang akan menahan gerakan ini sehingga menghasilkan efek penyerapan kejutan yang terjadi















2. SHOCKABRSORBER
    Shockabsorber dirancang untuk meredam, oksilasi pegas akibat kejutan sehingga kendaraan akan aman dan nyaman.

1. JENIS-JENIS ABSORBER
Jenis-jenis absorber dibedakan berdasarkan
a. Cara kerjanya
    - Kerja Tunggal (Single Action)
    - Kerja Ganda ( Multiple Action)
b. Konstruksi
    - Type Twin Tube
    - Type Mono Tube
c. Medium Kerja
    - Hidrolis
    - Pneumatis

JENIS-JENIS SUSPENSI 
Berdasarkan konstruksi pada mekanisme suspensi dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu :
1. JENIS POROS PEJAL (RIGID AXLE SUSPENSION)
    Pada type ini poros roda kiri-kanan dipasangkan bersama pada sebuah poros diatas pegas-pegas. Suspensi model ini mempunyai konstruksi sederhana, kuat oleh karena itu banyak digunakan sebagai suspensi depan dan belakang (Mobil angkutan berat) dan suspensi belakang (Mobil penumpang)





















2.JENIS POROS BEBAS (INDEPENDENT SUSPENSION)
   Pada type ini roda kiri-kanan menggantung satu sama lain dengan bebas, dimana memungkinkan tiap roda bekerja sendiri menerima kejutan-kejutan lain.


1. TYPE WISHBONE
    Type ini terdiri atas Upper Suspension Arm dan Lower Suspension Arm dengan Frame dan Steering Knuckle dengan Pegas Koil dan Peredam Kejut



2. TYPE MACPHERSON
  Type ini terdapat Upper Arm, Konstruksi sederhana da memungkinkan ruang mesin lebar















3. TYPE SWING AXLE
    Pada type ini poros dibaut dua bagian dan diberi Pivot ditengahnya sehingga dapat berayun keatas dan kebawah secara terpisah










PERAWATAN DAN PERBAIKAN

TROUBLE SHOOTING







SISTEM REM

SISTEM RANGKA

SISTEM AUDIO VIDEO

SISTEM PEMBERSIH KACA (WIFER)

SISTEM PENDINGIN UDARA (AC)

SISTEM PENERANGAN

Fungsi untuk memberikan signal kepada pengendara lain dalam bentuk suara atau cahaya pada malam hari ataupun siang hari

KOMPONEN UTAMA DAN FUNGSI

1. Baterai
    Sebagai sumber arus listrik DC.

    Baterai di bedakan menjadi 2 jenis, yaitu :
    1. Type Kering
    2. Type Basah

2. Kunci Kontak
    Untuk memutus dan menghubungkan arus listrik di dalam rangkaian keistrikan secara manual

    Terdapat 4 Terminal pada Kunci kontak, yaitu :
    1. Terminal B        ( Terhubung ke Baterai )
    2. Terminal ST      ( Terhubung ke Starter )
    3. Terminal IG      ( Terhubung ke Ignition )
    4. Terminal ACC  ( Terhubung ke Accessories )

3. Sikring
    Sebagai pengaman pada komponen lain ketika terjadi arus pendek (short-cut)
 
    Sikring di bedakan menjadi 3 jenis
    1. Type Cartridge
    2. Type Blade
    3. Type Ceramic

4. Relay
    Untuk memutus dan menghubungkan arus listrik di dalam rangkaian secara elektronik
 
    Relay di bedakan menjadi 2 Jenis, Yaitu :
    1. Relay Normally Open  (RNO)
    2. Relay Normally Closet (RNC)

    Terdapat 4 Terminal Pada Relay, yaitu :
     1. Terminal 30 ( Terhubung ke positif baterai)
     2. Terminal 85 ( Terhubung ke Ground)
     3. Terminal 86 ( Terhubung ke Saklar Kombinasi)
     4. Terminal 87 ( Terhubung ke Beban seperti, Lampu-lampu, klakson, dll)

5. Flasher
    Untuk memutus dan menghubungkan arus secara elektronik atau untuk mengedipkan lampu

    Terdapat 3 Terminal pada Flasher, yaitu :
    1. Terminal B ( Terhubung ke Baterai positif  )
    2. Terminal E ( Terhubung ke Ground )
    3. Terminal L ( Terhubung ke Light pada saklar kombinasi )

6. Saklar Kombinasi 
    Saklar kombinasi terdiri dari :

1. Sakar Lampu Belok dan Lampu Kepala
    

   








2. Saklar Lampu Hazard dan Saklar Klakson










3. Saklar Wifer





SISTEM PENGAPIAN

Sistem Pengapian di bedakan menjadi 2 jenis yaitu  :
1. SISTEM PENGAPIAN KONVENSIONAL
2. SISTEM PENGAPIAN ELEKTRONIK

        Pada uraian materi Sistem Pengapian, blogger hanya membatasi diri pada uraian materi tentang sistem pengapian konvensional saja tetapi hanya menyinggung sedikit uraian materi tentang Sistem Pengapian Elektornik dan semoga tetap bermanfaat dan selalu memberi pencerahan bagi ilmu pengetahuan tentang teknik dasar otomoif


1. SISTEM PENGAPIAN KONVENSIONAL
     FUNGSI
     Untuk membangkitkan bunga api pada busi ketika piston mencapai Titik Mati Atas


KOMPONEN UTAMA
1. BATTERY
2. CONTACT
3. COIL
4. CONDENSOR
5. DISTRIBUTOR
7. SPARKPLUG







KOMPONEN UTAMA DAN FUNGSI SISTEM PENGAPIAN KONVENSIONAL
1. BATTERY
    Untuk menyimpan arus listrik DC
2. CONTACT
    Untuk memutus dan menghubungkan arus litrik di dalam rangkaian
3. COIL
    Untuk merubah arus listrik DC menjadi AC yaitu tegangan 12 V menjadi 20.000 V - 22.000 V
4. CONDENSOR
    Untuk menyimpan arus listrik sementara
5. DISTRIBUTOR
    Untuk memutus dan menghubungkan arus listrik dan  mendistribusikan arus listrik tersebut ke seluruh busi
6.SPARKPLUG
    Untuk membakar bahan bakar didalam silinder ketika torak mencapai titik mati atas (TDC)

CARA KERJA SISTEM PENGAPIAN KONVENSIONAL
Perhatikan animasi berikut dengan seksama



Ketika kunci kontak di "ON" ke posisi IG arus listrik dari baterai mengalir ke koil (+) di dalam koil listrik tersebut terinduksi diri pada inti besi pada dua buah kumparan yaitu primer coil dan sekunder coil yang kemudian listrik tersebut di ubah dari tegangan rendah menjadi tegangan tinggi.kemudian di alirkan lagi ke distributor lalu terus mengalir ke dalam rotor yang sedang berputar. 
Pada saat yang bersamaan sebagian kecil arus listrik yang berasal dari koil mengalir masuk ke dalam kondensor dan bertemu dengan arus listrik dari rotor lalu listrik tersebut di distribusikan ke tiap-tiap busi sesuai dengan firing order

URUTAN  PENGAPIAN (FIRING ORDER)
MESIN 3 SILINDER  =  1 - 3 - 2
MESIN 4 SILINDER  =  1 - 3 - 4 - 2
MESIN 6 SILINDER  =  1 - 5 - 3 - 6 - 2 - 4
MESIN 8 SILINDER  TYPE V = LEFT    =  1 - 3 - 5 - 7  RIGHT  =  2 - 4 - 6 - 8

CARA KERJA SISTEM PENGAPIAN ELEKTRONIK
perhatikan animasi berikut dengan seksama



Ketika kunci kontak di "ON" ke posisi IG arus listrik dari baterai mengalir ke koil (+) di dalam koil listrik tersebut terinduksi diri pada inti besi pada dua buah kumparan yaitu primer coil dan sekunder coil yang kemudian listrik tersebut di ubah dari tegangan rendah menjadi tegangan tinggi, kemudian di alirkan lagi ke distributor lalu terus mengalir ke dalam spark rotor yang sedang berputar. 
Ketika koil menginduksi diri ada sebagian kecil arus listrik yang berasal dari koil (-) mengalir masuk ke dalam Eletronic Control Unit (ECU), dari ECU listrik tersebut mengalir menuju Pick Up Coil atau generator induksi, karena arus listrik yang di hasilkan tersebut relatif kecil maka arus tersebut memerlukan rangkaian penguat yang mungkin terdiri dari beberapa transistor yang terdapat di dalam ECU oleh karena itu arus listrik tersebut di kirim kembali ke ECU agar arus listrik yang di hasilkan menjadi besar.


PERAWATAN DAN PERBAIKAN SISTEM PENGAPIAN KONVENSIONAL
Perawatan yang di lakukan pada gambar di bawah ini sesuai dengan standar operasional pabrik (SOP)
 

1. PERIKSA CENTRIFUGAL ADVANCER

Lakukan pemeriksaan dengan cara memegang rotor lalu memutarnya ke arah jarum jam kemudian lepaskan rotor. bila rotor kembali ke posisi semula berarti centrifugal advancer dalam kondisi baik




 
2. PERIKSA HUBUNGAN PRIMER COIL
Dengan menggunakan AVOmeter. Tempelkan kedua buah colokkan AVOmeter pada masing-masing terminal yaitu pada terminal positif dan terminal negatif dari koil







3. PERIKSA HUBUNGAN SEKUNDER COIL

Dengan menggunakan AVOmeter. Tempelkan kedua buah colokkan AVOmeter pada masing-masing terminal yaitu pada terminal positif dan terminal tegangan tinggi dari koil







4. PERIKSA KONDENSOR


Dengan menggunakan AVOmeter. Tempelkan kedua buah colokkan AVOmeter pada masing-masing terminal yaitu pada bodi dan ujung kabel kondesor yang melekat dan terdapat pada distributor







5. PERIKSA KABEL TEGANGAN TINGGI DAN KABEL BUSI 1-6


Dengan menggunakan AVOmeter. Tempelkan kedua buah colokkan AVOmeter pada masing-masing ujung kabel busi seperti pada gambar di samping.







6. PERIKSA CELAH BUSI 1 - 6
Seperti pada gambar colokan feeler gauge pada celah busi yaitu di antara celah elektroda dan masa
Celah standart busi yang di ijinkan adalah 0,70mm - 0,80mm
kurang atau lebih dari standar itu berarti busi harus di seting ulang



7. PERIKSA  CELAH PLATINA


Lakukan penyetelan dengan menggunakan obeng dan feeler gauge. gunakan kedua tangan yaitu tangan kanan memegang obeng dan lakukan pengenduran baut dan tangan kiri memegang feeler gauge sambil di colokan pada celah platina. Carilah posisi celah yang tepat lalu kencangkan baut tersebut.
Celah standart platina yang di ijinkan adalah 0,40mm - 0,50mm, namun untuk penyetelan yang lebih baik. kita bisa mengambil celah standart 0,45mm




 8. PERIKSA VACUM ADVANCER
Lakukan penghisapan pada selang yang terhubung dengan vacum advancer. jika ketika di hisap bagian dalam dari pegas pada vacum advancer bergerak maju atau ketika hisapan di lepas lalu mundur berarti kondisi vacum advancer dalam kondisi baik






KERUSAKAN-KERUSAKAN PADA SISTEM PENGAPIAN KONVENSIONAL


1. PLATINA LUBANG/RUSAK
2. KOIL RUSAK/TERBAKAR
3. KABEL-KABEL BUSI AUS
4. BUSI-BUSI MATI
5. BATERAI AUS